Indonesia Menuju Era Karbon Netral, Toyota Bilang Jangan Cibir Teknologinya

Lexus 300e, salah satu mobil listrik murni yang dijual di Indonesia. (Toyota)

Jakarta, AVOLTA – Kampanye mobil listrik jadi satu-satuya teknologi untuk menuju net zero emission (NZE) atau era karbon netral, membuat gerah Toyota.  Pasalnya, fokus utama pemerintah Indonesia adalah pengurangan karbondioksida jadi harusnya fokus pada tujuan utamanya, bukan pada produk atau teknologinya.

Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono mengatakan, Toyota Indonesia sepenuhnya menndukung pemerintah untuk mengurangi Co2 dan membangun ekosistem industri otomotif yang bernilai tambah.

“Kami percaya bahwa kita harus memanfaatkan semua teknologi yang ada di kendaraan melalui strategi multi pathway. Dari BEV, PHEV, HEV, sampai hidrogen sehingga pelanggan dapat memilih berdasarkan kebutuhan dan kemampuan mereka, dan semua lapisan masyarakat dapat berkontribusi pada pengurangan emisi,” ucap Warih dalam acara Toyota Media Gathering 2021 yang digelar secara virtual, Selasa (21/12/2021).

Sebelumnya, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menncapai NZE pada 2060 atau lebih cepat. Demi mencapai target, sudah disiapkan lima strategi, yaitu peningkatan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), pengurangan energi fosil, penggunaan kendaraan listrik di sektor transportasi, peningkatan pemanfaatan listrik pada rumah tangga dan industri, serta pemanfaatan Carbon Capture and Storage (CCS).

Teknologi e-Smart Hybrid, sama seperti Nissan Kicks e-Smart. (DMC)

Hingga 2050, pemerintah mengharapkan pemanfaatan EBT bisa mencapai 87 persen dan dibarengi penghentian penjualan mobil konvensional berbahan bakar fosil. Ini artinya, mulai 2050 mobil bensin sudah tidak akan dijual dan bakal digantikan dengan kendaraan bertenaga listrik.

Bob Azam, Direktur Korporasi dan Hubungan Luar TMMIN, menjelaskan, 2050 menuju era karbon netral adalah sebuah keniscayaan. Tapi, untuk menuju 2050, harus disiapkan milestone setiap tahun agar target yang dicapai bisa lebih nyata.

Bob melanjutkan, sebenarnya yang harus diminimalkan adalah pengurangan emisi karbon, bukan teknologinya. Teknologi akan terus mengalami perkembangan, namun Toyota tetap mendukung upaya pemerintah untuk mengembangkan teknologi yang lebih hijau.

Toyota Prius hybrid – dok.Istimewa

“Jadi jangan sampai kita misleading, yang paling penting emisinya yang harus di-zeronize. Sekarang ICE juga sudah mulai di-exercise bisa menggunakan teknologi bahan bakar hidrogen yang bisa mengurangi emisi,” kata Bob.

Henry Tanoto, Wakil Presiden Direktur Toyota Astra Motor, mengatakan, Toyota sudah menghadirkan 10 model berteknologi elektfirikasi di pasar hingga kini, termasuk dari merek Lexus. Sejak dipasarkan Prius pada 2006, kata Henry, Toyota sudah berhasil menjual 5.200 unit mobil berteknologi HEV, PHEV, dan BEV. 

“Kami juga berkomitmen untuk terus mempopulerkan teknologi inin. Salah satunya melalui EV Smart Mobility di Nusa Dua, Bali. Sebagai upaya Toyota menndukung pariwisata yang ramah lingkungan di Indonensia,” kata Henry.

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )