Toyota Sebut Krisis Bahan Baku Bisa Pangkas Cuan 20%
TOKYO, AVOLTA – Toyota Motor Corporation (TMC) memperingatkan kenaikan biaya bahan baku dapat memotong seperlima dari laba perusahaan setahun penuh. Hal tersebut menjadi tanda, jika raksasa otomotif asal Jepang ini, tidak dapat lagi mengabaikan krisis rantai pasokan.
Berdasarkan laporan Reuters, tahun fiskal ini, Toyota memperkirakan laba operasi turun sekitar 20% menjadi 2,4 triliun yen atau setara dengan Rp268 triliun. Sedangkan analisis memperkirakan, pendapatan akan naik 12%.
Sementara itu, Toyota juga mencatatkan adanya penurunan 33% dalam laba operasi kuartal keempat, shamnya merosot lebih dari 5% sebelum dititip turun lebih dari 4% penurunan terbesar perusahaan dalam dua bulan terakhir.
Pabrikan asal Negeri Matahari Terbit ini memiliki nasib yang baik selama bulan-bulan awal kekurangan cip semikonduktor yang mengguncang industri otomotif secara global, karena persediaan yang lebih besar. Tapi saat ini, Toyota juga sudah sama dengan pabrikan lain, yang harus memangkas produksi karena krisis yang berkepanjang, serta lockdown di Cina.
Toyota sendiri memprediksi, biaya bahan baku akan menjadi lebih mahal dua kali lipat pada tahun fiskal, yang dimulai pada April 2022. Dengan begitu, Toyota berharap dapat mengatisipasinya dengan beralih ke bahan yang biayanya lebih rendah.
“Kita perlu memikirkan bagaimana dapat menanggapi inflasi material dengan menghilangkan perbedaan antara produsen dan pemasok, serta bekerjasama sebagai satu kesatuan,” ujar chief financial officer Kenta Kon.
“Karena harga bahan naik, kami perlu bekerja untuk mengurangi jumlah bahan yang kami gunakan sebanyak mungkin dan menggantinya dengan bahan yang lebih murah,” tegasnya.
Toyota berharap dapat menjual 8,85 juta unit kendaraan secara global pada tahun fiskal ini, atau naik 7,5% dari tahun lalu.