AS Tantang Cina Siapkan Rp 43,5 Triliun Perkuat Industri Baterai
JAKARTA, AVOLTA – Amerika Serikat (AS) menjadi negara yang mendukung era kendaraan listrik. Salah satu bukti, pemerintahan kini mengucurkan dana sekitar 3 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 43,5 triliun untuk mengembangkan baterai kendaraan listrik.
Melansir laman Reuters, Senin (9/5/2022) dana tersebut akan dialokasikan oleh Departemen Energi dari anggaran infrastruktur senilai 1 triliun dollar AS atau sekitar Rp 14 ribu triliun yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden tahun lalu.
Pendanaan tersebut akan digunakan untuk mendirikan dan memperbaiki pabrik baterai. Namun, dana tidak akan digunakan untuk mengembangkan tambang domestik baru untuk memproduksi lithium, nikel, kobalt, dan mineral permintaan tinggi lainnya yang dibutuhkan untuk membuat baterai.
Beberapa dari proyek tersebut menghadapi tantangan lokal dan terikat dalam tinjauan lingkungan dan hukum administrasi.
“Sumber daya ini adalah tentang rantai pasokan baterai, yang mencakup produksi, daur ulang mineral penting tanpa ekstraksi atau penambangan baru,” ungkap Gina McCarthy, penasihat iklim nasional Biden.
Produsen otomotif pun menyambut baik, seperti Ford Motor yang antusias terhadap pengumuman pendanaan tersebut. Menurut mereka, investasi lebih dari 3 miliar dolar AS itu akan memperkuat rantai pasokan baterai domestik, menciptakan lapangan kerja, dan membantu produsen AS untuk bersaing di kancah global.
“Kami punya peluang untuk memiliki teknologi ini di AS dan investasi yang diumumkan ini akan membantu kami mewujudkannya,” kata penasihat umum Ford Steven Croley dalam pernyataannya.
Perlu diketahui, Biden menginginkan setengah dari kendaraan yang dijual di AS merupakan kendaraan listrik pada tahun 2030. Hal ini diharapkan akan meningkatkan pekerjaan manufaktur, mengungguli Cina di pasar yang tumbuh dengan cepat, sekaligus mengurangi emisi karbon.
Pemerintah juga menjadikan langkah tersebut untuk menjamin kemandirian energi dan mengurangi tekanan inflasi jangka panjang akibat invasi Rusia ke Ukraina.
“Saat kita menghadapi kenaikan harga minyak dan gas, penting untuk dicatat bahwa kendaraan listrik akan lebih murah dalam jangka panjang untuk Amerika,” ungkap Mitch Landrieu, Koordinator Infrastruktur Gedung Putih.