Survei: Transisi EV di Eropa, 500 Ribu Pekerjaan Musnah
Brussels, Avolta – Asosiasi Pemasok Komponen Otomotif Eropa (CLEPA) belum lama ini melakukan survei terhadap 100 perusahaan komponen di seluruh Eropa terkait dengan kebijakan otoritas Uni Eropa yang akan melarang penjualan mobil bermesin pembakaran di wilayah itu mulai 2035 nanti. Hasilnya, kebijakan yang dimaksudkan sebagai transisi menuju era mobil listrik (EV) sepenuhnya itu dinilai berdampak negatif yang serius ke industri itu.
Seperti dilaporkan Financial Times dan China Daily, Selasa (7/12/2021) hasil survei itu menyatakan hampir 100% perusahaan responden menyatakan transisi ke EV bakal menyebabkan 500.000 pekerjaan di industri komponen lenyap. Pasalnya, kebutuhan komponen dan perawatan mobil listrik tidaklah sebanyak mobil biasa.
“Pada survei memang ada temuan bakal ada 226.000 pekerjaan baru yang kemungkinan akan diciptakan di bidang manufaktur kendaraan listrik mulai dari suku cadang hingga perawatan, tetapi jumlah itu tidak sepenuhnya mengimbangi potensi dampak sosial dan ekonomi yang disebabkan oleh pengangguran massal,” lapor Financial Times.
Melihat kemungkinan itu, CLEPA telah melobi Komisi Eropa agar penggunaan teknologi sementara untuk transisi demi mengurangi dampak pada pekerjaan tersebut. Caranya produsen mobil tetap diperkenankan memproduksi dan menjual mobil biasa tetapi dengan bahan bakar yang ramah lingkungan.
Sebelumnya, dalam pernyataan resmi yang dirilis di Brussels, Belgia, Senin (6/12/2021) CLEPA mengatakan pendekatan teknologi campuran alias hybrid terbukti mampu mengurangi emisi hingga 50%. Pada sisi lain dengan penggunaan teknologi itu mampu mempertahankan tingkat pekerjaan saat ini.
“Studi ini menyoroti risiko pendekatan tunggal yaitu hanya memperbolehkan mobil listrik saja. Kebijakan itu mengancam mata pencaharian ratusan ribu orang yang bekerja keras untuk memberikan solusi teknologi untuk mobilitas berkelanjutan,” kata Sekretaris Jenderal CLEPA Sigrid de Vries.
Padahal, lanjut dia, kebutuhan masyarakat sangat beragam penggunaan sarana mobilitas. “Pegunaan teknologi hibrida, hidrogen, dan bahan bakar berkelanjutan terbarukan lainnya, akan memungkinkan inovasi solusi saat kita mendefinisikan kembali sarana mobilitas dalam beberapa dekade mendatang,” papar de Vries.
Jutaan pekerja
Laporan CLEPA, yang disiapkan oleh akuntan Pricewaterhouse Cooper (PwC), menemukan 1,7 juta orang bekerja di pemasok otomotif di Eropa. Sementara 1,2 juta lebih orang lainnya dipekerjakan oleh produsen mobil.
Bahkan ada 1,21 juta pekerjaan lainnya seperti produksi ban dan bodi kendaraan, bahan kimia, baterai (aki) dan peralatan sistem kelistrikan. Selain itu ada 3,2 juta pekerjaan dalam layanan pendukung. Mereka terancam pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Kehilangan pekerjaan terbesar akan terjadi di Jerman, Italia, Spanyol, dan Rumania,” sebut CLEPA.
Namun, seperti dilaporkan Automotive News Europe, nada optimis terkait dengan transisi menuju EV sepenuhnya di suarakan Boston Consulting Group (BCG). Dalam laporan riset yang diterbitkan Juli lalu BCG menyebut telah menemukan bahwa rantai pasokan baterai akan menjadi pendorong terbesar pekerjaan baru ketika era EV terjadi.
“Mempertahankan atau bahkan mempercepat transisi ke EV sebagai teknologi inti otomotif untuk waktu dekat sangat penting untuk memberikan dorongan keramahan terhadap lingkungan bagi pekerjaan yang dilakukan,” kata laporan lembaga itu.
Meski, lanjut BCG, strategi seperti itu harus dibarengi dengan skill building dan retraining dalam skala yang luar biasa. “Pemerintah, perusahaan, dan individu memiliki peran untuk dimainkan dalam menghadapi tantangan tersebut,” tandas BCG. (Fan/Ara)