BBM Mahal Masih Jadi PR Penerapan Euro4 di Indonesia

Ilustrasi standar emisi Euro4 (Hyundai Indonesia)

JAKARTA, AVOLTA – Penerapan standar emisi Euro4 untuk kendaraan diesel sudah berjalan kurang lebih dua bulan, sejak resmi diberlakukan pada April 2022. Kebijakan tersebut, sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017.

Setelah berjalan dua bulan penerapan Euro4 di Tanah Air, pemerintah memang memiliki beberapa catatan, dan masih menjadi pekerjaan rumah alias PR yang bisa diselesaikan oleh semua pihak.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier menjabarkan, catatan yang pertama, adalah terkait bahan bakar yang memang harus sesuai dengan teknologi Euro4 itu sendiri.

“Yang jelas, ini harus ke arah lebih murah, jangan sampai bahan bakar ini mahal, kasihan konsumen. Purchasing power itu harus disesuaikan dan bahan bakar mengikuti tren kebutuhan itu,” ujar Taufiek, di sela-sela peluncuran Mercedes-Benz Axor Euro 4 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Selasa (7/6/2022).

Lanjut Taufiek, masalah tersebut memang kompleks, dan ia berharap Pertamina harus memproduksi bahan bakar yang memang sesuai dengan Euro4 bahkan Euro6.

“Kita berharap, Pertamina juga bisa produksi bahan bakar yang inline Euro4 bahkan Euro6, langsung ke atas. tentunya, dengan harga murah. Itu saya kira PR yang bisa kita sukseskan bersama,” tambah Taufiek.

Hino Total Support Customer Center (HTSCC).

Menuju Euro6

Sementara itu, berbicara terkait penerapan standar emisi Euro4 menuju Euro6, Taufiek mengatakan, dengan menggunakan teknologi selective catalytic reduction, spesifikasi itu sudah masuk ke arah Euro6.

“Dari Euro4 menuju Euro6 lebih mudah, yang susah itu dari Euro2 ke Euro4. Kita berharap (transisi Euro 4 ke 6 hanya 2 atau 3 tahun), yang penting bahan bakar disiapkan. janghan sampai transisi, tapi bahan bakar mahal dan merepotkan masyarakat, kita tidak mau,” tegasnya.

Dengan penerapan standar Emisi Euro4 atau bahkan Euro6, semata-mata bukan hanya untuk keperluan di dalam negeri, tapi juga untuk pasar internasional. Pasalnya, jika memang ingin meningkatkan ekspor, dan juga menjadikan Indonesia sebagai hub atau basis produksi di ASEAN, maka mau tidak mau, produksi mobil Tanah Air harus menyesuaikan dengan teknologi yang sudah digunakan di pasar tujuan.

“Kalau produk kita masih di bawah Euro4, kita tidak akan bisa berkompetisi, bahkan tertinggal,” pungkasnya.

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )