Genjot Investasi, Pabrikan Vietnam VinGrup Boncos Rp 14 Triliun
HANOI, AVOLTA – Perusahaan konglomerat Vietnam, Vingroup menderita kerugian sebelum pajak sekitar 23,9 triliun dong (US$1,05 miliar) atau setara Rp 14 triliun di segmen manufaktur pada 2021.
Penyeabnya, karena lesunya penjualan mobil bertenaga bensin di dalam negeri, dan meningkatnya investasi kendaraan listrik.
Dilansir Asia Nikkei, Sabtu (12/2/2022), penjualan mobil bensin Vingroup naik 21 % menjadi sekitar 36 ribu unit pada 2021. Namun, pabrik perakitan grup yang dibangun selama 2019 di Vietnam Utara, beroperasi jauh di bawah kapasitas yang mampu memproduksi hingga 250 ribu unit per tahun.
Dengan begitu, perusahaan secara drastis merampingkan kinerja manufaktur, terutama produksi mobil. Pada Mei 2021, VinGroup mengatakan juga akan berhenti membuat smartphone dan televisi. Bahkan, kerugian di bidang manufaktur ini, telah meningkat lebih dari 70 persen dari 2020.
VinGroup sendiri, akan menghentikan produksi kendaraan bensin pada 2022, dan memusatkan sumber daya ke bisnis kendaraan listrik yang diluncurkan pada 2021. Pesanan untuk kendaraan listriknya sendiri, termasuk di pasar Eropa, berjumlah sekitar 35 ribu unit pada awal Januari 2022.
Grup ini akan terus terlibat dalam investasi awal kendaraan listrik, termasuk membangun pabrik baterai lithium-ion dan mengembangkan jaringan penjualan di Amerika Serikat.
Pham Nhat Vuong, Pendiri dan ketua VinGroup mengatakan kepada media lokal Vietnam, bahwa kerugian lebih lanjut dalam bisnis otomotif dapat diantisipasi dalam waktu dekat.
VnGroup membukukan kerugian bersih konsolidasi sekitar 7,5 triliun dong pada 2021, dan kebalikan dari laba yang hanya sekitar 4,5 triliun dong. Media lokal melaporkan, ini adalah kerugian bersih pertama yang dilaporkan oleh VinGroup.