Soal Ekosistem Kendaraan Listrik, Indonesia Masih Banyak PR

Lexus UX300e, salah satu mobil listrik yang sudah semi otonom. (TAM)

JAKARTA, AVOLTA – Meski sejumlah produsen otomotif dan pemerintah sudah mulai mengenalkan kendaraan listrik kepada masyarakat, tapi sejauh ini dinilai masih terlalu  dini dalam mengembangkan ekosistem mobil dan sepeda motor listrik.

Penyataan itu diungkapkan langsung oleh Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya.

Menurut Berly, Indonesia masih dalam tahap yang sangat dini untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Perlu terdapat sejumlah perbaikan agar ekosistem dapat tercipta dengan optimal.

Pendapat dia, masih mahalnya harga kendaraan listrik membuat pemerintah harus memperkuat insentif fiskal. Saat ini terdapat pengenaan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) nol persen dan uang muka (down payment atau DP) nol persen, serta terdapat sejumlah insentif pajak bagi industri terkait kendaraan listik.

Jokowi Targetkan 2 Juta Kendaraan Listrik Bisa Beredar di Indonesia pada 2025 (Presiden.go.id)

“Perlu ada dorongan fiskal juga untuk penyediaan infrastruktur penunjang, seperti stasiun pengisian daya khususnya pertama-tama di wilayah Jakarta, Surabaya, dan Pantura,” ungkap mengutip laman Bisnis Indonesia, ditulis Kamis (28/4/2022).

Menurut dia, keberadaan infrastruktur sejak awal dapat mempermudah masyarakat untuk menggunakan kendaraan yang lebih ramah lingkungan dari kendaraan berbahan bakar tersebut.

Bukan cuma itu, dia juga mengatakan bahwa perlu terdapat intervensi dalam kebijakan harga atau pentarifan terkait kendaraan listrik. Menurutnya, lembaga keuangan memiliki peranan penting untuk membuat kendaraan listrik lebih terjangkau bagi masyarakat, misalnya melalui skema kredit.

“Belum lagi mengenai biaya surat tanda nomor kendaraan [STNK] untuk kendaraan listrik pun harus lebih rendah,” ungkap dia lagi.

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )