Tiongkok Memperketat Ekspor Mobil Listrik

Ilustrasi produksi mobil listrik di Cina. (BBC)
JAKARTA, AVOLTA – Mulai 1 Januari 2026, pemerintah Tiongkok mewajibkan produsen mobil listrik murni atau Battery Electric Vehicles (BEV) untuk memiliki lisensi ekspor sebelum dapat mengirim produk ke pasar luar negeri.
Kebijakan baru ini diumumkan melalui pernyataan bersama dari empat departemen pemerintah, termasuk Kementerian Perdagangan.
Disitat dari cnEVpost, tujuan utama dari kebijakan ini, adalah memperketat pengawasan terhadap ekspor mobil BEV, terutama menyusul maraknya pengiriman melalui jalur tidak resmi.
Dalam beberapa kasus, kendaraan yang diekspor menghadapi keluhan terkait pembaruan perangkat lunak (software update) dan layanan purna jual yang kurang memadai. Jadi, dengan regulasi lisensi ekspor, pemerintah berharap dapat meminimalkan risiko reputasi dan memastikan kualitas mobil listrik yang menembus pasar global.
Statistik menunjukkan bahwa ekspor mobil listrik Tiongkok terus melonjak pesat. Pada Agustus 2025 saja, negara tersebut mengekspor sekitar 220.000 unit BEV, meningkat 48 persen dibanding tahun sebelumnya, dan menyumbang 31 persen dari total ekspor mobil.
Dari Januari hingga Agustus 2025, total ekspor BEV mencapai 1,44 juta unit, naik sekitar 27 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Meskipun sebagian besar ekspor Tiongkok mengalir ke pasar Uni Eropa, permintaan di Asia Tenggara dan Timur Tengah menunjukkan fluktuasi yang cukup tinggi.
Dengan kewajiban lisensi ekspor, produsen dunia, termasuk yang berorientasi pasar Indonesia, mungkin harus menyesuaikan strategi impor, kemitraan, dan negosiasi rantai pasok agar tetap kompetitif.