Picu Perang Harga EV, BYD Dapat Kecaman di Cina

ilustrasi casan BYD di Cina. (sachi-X)

JAKARTA,  AVOLTA – Perang harga mobil listrik kembali terjadi di Cina, yang dipicu oleh BYD. Dengan strategi yang agresif, raksasa mobil listrik Tiongkok ini memberikan diskon hingga 34% untuk lebih dari 100 model listrik dan hybrid.

Dengan strategi ini, BYD memang berhasil meningkatkan volume penjualan, namun memicu kekhawatiran di kalangan pesaing dan regulator industri. Langkah ini, yang bertujuan untuk menarik konsumen dari kendaraan berbahan bakar fosil, telah menekan margin keuntungan dan memicu ketegangan di antara produsen mobil lainnya.

Disitat dari Carnewschina, ketegangan memuncak ketika Ketua Great Wall Motor, Wei Jianjun, menyamakan kondisi industri otomotif saat ini dengan krisis yang dialami oleh pengembang properti Evergrande. Meskipun tidak menyebut nama perusahaan secara langsung, banyak yang mengaitkan pernyataan tersebut dengan BYD.

Menanggapi hal ini, Kepala Humas BYD, Li Yunfei, menolak perbandingan tersebut dan menegaskan bahwa BYD memiliki pertumbuhan yang sehat serta struktur keuangan yang kuat. Li juga menyatakan bahwa BYD akan mengambil tindakan hukum terhadap penyebaran rumor yang tidak berdasar.

BYD Europe’s Regional Managing Director for Germany, Switzerland, Poland, Austria and the Czech Republic Maria Grazia Davino presents the BYD Dolphin Surf electric vehicle during a presentation by BYD carmaker in Berlin, Germany May 21, 2025. REUTERS/Annegret Hilse

Pemerintah Tiongkok pun turun tangan. Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi menyerukan penghentian perang harga yang merusak, dengan alasan bahwa persaingan harga yang tidak sehat dapat mengancam kelangsungan industri otomotif jangka panjang.

Asosiasi Produsen Mobil Tiongkok (CAAM) mendukung langkah dari pemerintah Negeri Tirai Bambu ini, dan mengimbau produsen untuk menghindari praktik dumping serta menjaga persaingan yang adil.

Dampak dari perang harga ini tidak hanya dirasakan oleh produsen, tetapi juga oleh jaringan dealer. Banyak dealer mengeluhkan kelebihan stok akibat tekanan dari produsen untuk menerima lebih banyak kendaraan. Hal ini menyebabkan penurunan profitabilitas dan dalam beberapa kasus, penutupan bisnis.

Contohnya, Qiancheng Holdings, salah satu dealer besar BYD di Provinsi Shandong, terpaksa menutup lebih dari 20 tokonya, meninggalkan ribuan pelanggan tanpa layanan purna jual.

CATEGORIES
TAGS