Mobil Listrik Dianggap Banyak Hasilkan Emisi Beracun

Ilustrasi baterai pada mobil listrik BMW. (BMW/drive.com)

JAKARTA, AVOLTA – Mobil listrik sekarang ini digadang-gadang sebagai kendaraan paling tepat untuk mencapai tujuan net zero emission pada tahun 2060. Banyak negara di dunia, termasuk Indonesia percaya kalau emisi karbon yang dihasilkan  mobil listrik sangat rendah sehingga lebih ramah lingkungan ketimbang teknologi lain.

Akan tetapi berdasarkan hasil riset pada tahun 2022 yang kembali mencuat belakangan ini karena dibahas dalam opini di Wall Street Journal, kalau mobil listrik ternyata lebih banyak menghasilkan emisi beracun.

Bahkan dibandingkan dengan mobil konvesional berbahan bakar minyak sekalipun tetap lebih tinggi mobil listrik. Studi tersebut menemukan bahwa rem dan ban mobil listrik melepaskan 1.850 kali lebih banyak materi partikulat dibandingkan dengan knalpot mobil yang memiliki filter untuk mengurangi emisi.

Selain itu, kendaraan listrik disebut lebih berat rata-rata 30% daripada mobil bertenaga bensin, yang menyebabkan rem dan tapak ban aus lebih cepat daripada mobil standar dan melepaskan partikel-partikel kecil, seringkali beracun, ke atmosfer.

Mengutip laman Daily Mail, Selasa (12/3/2024) Hesham Rakha, seorang profesor dari Virginia Tech, mengatakan bahwa studi ini hanya ‘sebagian benar’ karena meskipun kendaraan listrik lebih berat, ban  akan melepaskan lebih banyak mikroplastik ke udara, tetapi ini juga bisa benar untuk sedan versus SUV.

Menurut dia, sangat sulit untuk menentukan perbedaan antara jumlah mikroplastik yang dikeluarkan dari tapak ban kendaraan listrik dan kendaraan bertenaga bensin karena harus memisahkan mikroplastik yang sudah ada di udara dari sumber lain dengan apa yang keluar dari ban.

Sekarang ini Rakha dan tim di Virginia Tech sedang melakukan uji lapangan untuk menentukan seberapa banyak mikroplastik yang dikeluarkan dari mobil listrik dan mobil konvensional dengan menggunakan simulator lalu lintas yang akan meniru setting perkotaan.

CATEGORIES
TAGS