Bos Mitsubishi EV Masih Hasilkan Jejak Karbon
TOKYO, AVOLTA – Mobil listrik diyakini sebagai kendaraan yang lebih ramah lingkungan, karena sudah tidak menghasilkan emisi. Namun dalam kenyataannya, saat proses produksi, roda empat bertenaga baterai ini masih meninggalkan jejak karbon.
Executive Vice President Mitsubishi Motor Corporation (MMC) Hiroshi Nagaoka mengatakan, pembuatan baterai mobil listrik masih membutuhkan energi besar, sehingga masih menghasilkan CO2 yang banyak.
Hal tersebut disampaikan saat menjelaskan strategi elektrifikasi pabrikan berlambang tiga berlian ini secara global. Nagaoka mengatakan, untuk mencapai netralitas karbon atau pengurangan emisi diperlukan teknologi yang beragam dan disesuaikan dengan kondisi di beberapa negara.
“Misalnya seperti negara Norwegia, yang mayoritas sudah menggunakan PLTA sebagai sumber listriknya alias sudah sustainable, sehingga mobil di sana cepat berubah ke EV. Beda dengan Jepang dan Indonesia misalnya, masih mengandalkan batu bara,” ujar Nagaoka, di Tokyo, disitat dari Kumparan, belum lama ini.
Lanjutnya, semakin besar ukuran baterai yang diproduksi, maka semakin tinggi pula CO2 yang dihasilkan untuk membentuk dan membaut baterai mobil listrik tersebut.
Tapi, Nagaoka tak menampik, era kemunculan mobil listrik memang sulit dihindari. Dengan begitu, pabrikan asal Jepang ini juga menyediakan mobil listrik murni, dan modelnya akan terus bertambah seiring berjalannya waktu.
“Mitsubishi sudah punya banyak pilihan teknologi elektrifikasi dari hybrid sampai EV. Jadi nanti tinggal disesuaikan saja dengan kemampuan dan kebijakan negara masing-masing, target utama kita adalah netralitas karbon atau pengurangan emisi CO2 dengan cepat,” tukasnya.